D Budhi Martono via Wikimedia
Mobil Esemka buatan siswa-siswi SMK di Solo.
TERKAIT:
"SMK tempat menghasilkan orang-orang yang akan membuat mobil, bukan pabrik mobil. Kami kembangkan produksi di banyak titik SMK dan dikumpulkan di SMK Integrator. Sekarang sudah siap 1.000 mesin. Tinggal dimanfaatkan untuk kendaraan apapun," kata Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Joko Sutrisno, ketika ditemui, Rabu (4/1/2012) sore, di Jakarta.
Proses perakitan mobil Kiat Esemka, lanjut Joko, sudah dimulai sejak 2007 dan terbentuklah prototipenya. Pada tahun 2010 bertemu dengan mitra industri dan terbentuklah mobil Kiat Esemka.
Guru Bidang Elektronika dan Industri di SMKN 4 Jakarta, Agus Martoyo, mengakui SMK selalu membutuhkan bimbingan dan pendampingan intensif dari industri. Apalagi mengingat semua komponen disuplai oleh industri. SMKN 4 Jakarta terlibat dalam perakitan mobil SUV Kiat Esemka, dengan merakit komponen mesinnya.
"Mesin untuk Kiat Esemka itu dirancang khusus, agar bisa kompatibel untuk semua jenis kendaraan. Guru dan siswa diberi pelatihan merakit komponen mesin terlebih dahulu oleh industri selama sebulan," kata Agus.
Perakitan satu mesin dilakukan oleh tiga siswa kelas 2 dan kelas 3 selama tiga hari. Komponen mesin yang digunakan 80 persen produk lokal dan sisanya impor dari China. Komponen yang diimpor ada di bagian sistem injeksi. Produksi satu mesin diperkirakan mencapai Rp 20-30 juta.
Agus menyayangkan pemerintah yang belum mendukung sepenuhnya produksi anak bangsa. Seharusnya pemerintah bisa mencontoh China dan Malaysia yang mendorong produksi dalam negeri dengan memberi banyak insentif. "Kalau SMK dijembatani industri, kami siap untuk produksi massal," kata Agus.